Beroperasinya layanan internet berbasis satelit Starlink milik Elon Musk di Indonesia menjadi topik hangat. Bagaimana perbandingannya dengan layanan fiber optik, dan mana yang lebih mahal tarifnya?

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Starlink

PT Remala Abadi (Data), penyelenggara jasa internet (ISP), mengungkapkan beberapa faktor yang mempengaruhi kualitas dan kecepatan internet Starlink. Menurut Direktur Utama PT Remala Abadi, Richard Kartawaijaya, banyak faktor yang mempengaruhi layanan internet satelit ini, seperti sinyal yang tidak stabil akibat terhalang pohon atau gedung, serta sangat tergantung pada cuaca. Saat hujan, Starlink menjadi kurang efektif, terutama bagi pengguna yang membutuhkan jaringan stabil. Posisi Indonesia yang berada di daerah tropis dengan banyak awan dan sering hujan mempengaruhi layanan Starlink secara signifikan.

Baca Juga:
Apa Kelebihan dan Kekurangan Jaringan 5G di Indonesia?
Bagaimana Harga Paket Internet 5G di Indonesia?

Karakteristik Starlink vs Fiber Optik

Teknologi satelit memiliki keunggulan berbeda dari fiber optik. ISP dengan fiber optik tidak terganggu oleh cuaca dan bisa mencapai kapasitas broadband hingga 1 Gbps. Pengguna yang menginginkan kecepatan dan stabilitas biasanya memilih fiber optik karena kelebihannya dalam delay, kecepatan, dan kapasitas, yang membuatnya lebih unggul. Layanan internet melalui satelit mungkin hanya dipilih sebagai cadangan atau pelengkap layanan broadband yang sudah ada.

Perbandingan Harga

Dalam hal harga, layanan fiber optik lebih ekonomis dibanding layanan tersebut. Langganan residensial mencapai Rp 750 ribu per bulan, sementara layanan mobile berkisar antara Rp 990 ribu hingga Rp 7 juta per bulan. Biaya ini belum termasuk perangkat penerima yang harganya mulai dari Rp 7,8 juta hingga Rp 43 juta.

Di sisi lain, biaya langganan fiber optik lebih ekonomis. Untuk kecepatan 50 Mbps, NetHome menawarkan harga Rp 229 ribu per bulan, dan untuk kecepatan 250 Mbps seharga Rp 399 ribu per bulan, termasuk instalasi dan perangkat. First Media juga menawarkan harga yang kompetitif dengan kecepatan 50 Mbps seharga Rp 276.945 dan kecepatan 300 Mbps seharga Rp 776.445, termasuk instalasi dan perangkat.

Kesimpulan

Dari perbandingan harga tersebut, layanan Starlink terbukti lebih mahal dibandingkan dengan teknologi fiber optik dan selular. Tingginya biaya perangkat dan peluncuran satelit membuat biaya layanan Starlink tidak bisa dijual di bawah harga pokok penjualan. Jika harganya terlalu murah, operator satelit, termasuk Starlink, dapat diduga melakukan dumping.

Baca Juga:
Bagaimana Cara Mencoba Layanan Internet Starlink di Indonesia?
Mempercepat Koneksi WiFi dengan Cara Sederhana

Dengan demikian, untuk pengguna di Indonesia yang membutuhkan koneksi internet stabil dan terjangkau, layanan fiber optik masih menjadi pilihan yang lebih baik dibandingkan Starlink.

Tagged in: