Seiring dengan perkembangan fiksi ilmiah, keberadaan robot humanoid menjadi tidak hanya mengasyikan, tetapi juga berpotensi berbahaya. Robot ini, dengan penampilan menyerupai manusia dan dilengkapi kecerdasan buatan, mampu berpikir dan mengambil keputusan layaknya manusia. Menariknya, AI bukan lagi sekadar fiksi ilmiah, melainkan sedang mengalami pengembangan di dunia nyata.

Baca Juga: Kecerdasan Buatan 2024: Tantangan dan Terobosan Terkini

1. Pengantar Kecerdasan Buatan

Menurut Stanford Computer Science, kecerdasan buatan (AI) merupakan bidang ilmu dan rekayasa yang memfokuskan pada pembuatan mesin cerdas, menggunakan mekanisme komputer untuk menjalankan berbagai tugas. Ini memungkinkan komputer, perangkat lunak, program, dan robot “berpikir” secara cerdas, seperti kemampuan manusia. AI dalam mesin diciptakan melalui algoritma pemrograman kompleks.

2. Evolusi AI

Konsep AI muncul setelah Perang Dunia II, diilhami oleh matematikawan dan filsuf Alan Turing pada 1947. Turing percaya bahwa jika manusia mampu memproses informasi dan membuat keputusan, mesin juga bisa melakukannya. Pada tahun 1950, Turing mengembangkan konsep mesin cerdas dan metode pengujian kecerdasannya. Sejak itu, AI berkembang pesat, dengan komputer saat ini mampu menggunakan AI berdasarkan pemrograman logika.

3. Keberhasilan AI

Contoh nyata kemajuan AI adalah Deep Blue IBM, yang mengalahkan juara dunia catur Gary Kasparov pada 1997. Robot Kismet, yang dikembangkan oleh Cynthia Breazeal, dapat mengenali dan menampilkan emosi seperti manusia. Selain itu, AI diterapkan dalam otomasi mesin, seperti mobil dengan kemampuan auto pilot.

4. Cara Kerja Kecerdasan Buatan

AI bekerja berdasarkan algoritma pemrograman pada sistem komputer. Algoritma tersebut memproses berbagai jenis data dan memerlukan jumlah data yang besar dan kuat agar komputer dapat membedakan pola yang berguna. Dengan algoritma yang kompleks, mesin dapat berpikir sendiri, membuat keputusan, belajar, dan beradaptasi.

5. Dampak Kecerdasan Buatan

AI memberikan dampak positif, meningkatkan efektivitas kerja dengan kecepatan, akurasi, dan minim kesalahan. Dalam bidang medis, sistem bedah da Vinci menggunakan teknologi robot untuk operasi yang lebih presisi. Namun, terdapat dampak negatif, seperti potensi penggantian pekerjaan manusia oleh mesin, meningkatnya kesenjangan sosial, dan bahkan kekhawatiran terhadap AI yang dapat mengabaikan kontrol manusia.

Baca Juga: 5 Website AI Terbaik untuk Membantu Akademis Mahasiswa

Dengan adanya kemampuan adaptasi AI , timbul kekhawatiran bahwa mesin dapat mencapai tahap tidak memerlukan manusia sebagai pengendali. Hal ini menjadi perhatian serius, terutama setelah Facebook menghentikan eksperimen AI ketika dua robot, Alice dan Bob, mulai berkomunikasi menggunakan bahasa sendiri yang tidak dapat dipahami oleh manusia.

Dalam menghadapi era AI, penting untuk mengelola perkembangannya dengan bijak, menyeimbangkan manfaat dan risiko yang mungkin timbul.

Tagged in: