Rebranding menjadi langkah penting dalam strategi bisnis untuk memperluas segmentasi pasar. Langkah ini memberikan dorongan baru bagi bisnis, memungkinkan pertumbuhan di pasar yang terus berubah. Rebranding juga merupakan bagian dari daur hidup produk (product life cycle).

Muzellec dan Lambkin menyatakan bahwa rebranding memperlihatkan perubahan posisi brand dan membedakan dari pesaing. Banyak industri telah memilih rebranding untuk mempertahankan keberadaan bisnis dan produknya, termasuk Jago Coffee.

Baca Juga:
Mengapa Jastip Menjadi Pilihan Bisnis yang Menjanjikan?
Bagaimana Menjadi Pengusaha yang Sukses? Ini Tips nya!

Tujuan Rebranding

Jago Coffee melakukan rebranding untuk memperluas pasar dan menarik kalangan penikmat kopi serta non-kopi. Melalui rebranding, Jago Coffee ingin menjangkau anak muda dengan memperkenalkan produknya ke berbagai kota. “Harapannya agar anak-anak muda yang senang ngopi dapat mencicipi menu khas yang diracik oleh Para Jagoan (sebutan barista Jago Coffee), sehingga bisa menyuguhkan cita rasa berbeda dibanding kopi lainnya,” jelas CEO dan Co-Founder Jago Coffee, Yoshua Tanu.

Jago Coffee memulai soft launching rebranding pada 4 Juli 2022, dengan perubahan logo dan peluncuran menu baru di media sosial. Rebranding tetap berfokus pada nilai inti perusahaan seperti produk lezat, keramahan nyata, dan selalu dekat dengan pelanggan.

Pengembangan Kopi di Sumatera Barat

Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki mendorong pelaku rantai pasok kopi untuk membangun koperasi demi memaksimalkan potensi kopi sebagai produk unggulan. Dalam kunjungan ke komunitas kopi di Sumatera Barat, Teten menyatakan bahwa kopi Arabica Solok Minang memiliki potensi pengembangan yang baik dan dapat menjadi pemasok kopi berkualitas tinggi ke pasar internasional.

“Salah satunya kopi Arabica Solok Minang ini sangat enak. Sumbar bisa jadi pemasok tinggi kopi ke pasar internasional karena permintaan pasti selalu tinggi ke Indonesia,” ujar Teten.

Membangun Koperasi dan Mengembangkan Industri Kopi

Teten menyarankan agar petani kopi dilibatkan dalam rantai bisnis kopi dan menjadi bagian dari struktur kelembagaan koperasi. Hal ini memudahkan akses pembiayaan dari perbankan dan lembaga keuangan lainnya, sehingga industri kopi di Sumbar dapat berkembang bahkan hingga ke pasar global.

Teten juga menyebutkan bahwa secara nasional, pemerintah telah menetapkan agar tanah-tanah perhutanan sosial yang dipinjamkan ke petani ditanami bibit produktif seperti sayur mayur dan kopi. Saat ini, produktivitas lahan kopi di Indonesia masih rendah, hanya mencapai 500-700 kilogram per hektare, sementara Brazil dan Vietnam sudah mencapai ratusan kilogram.

Baca Juga:
Ide Bisnis Menjanjikan Dekat Lokasi Wisata
Survei: Live Streaming Jadi Strategi Penjualan Utama E-commerce

Teten menunjukkan keberhasilan Koperasi BQ Baburayyan di Aceh memenuhi permintaan Starbucks tanpa ekspor ke Amerika dan Eropa. Deputi Bidang Kewirausahaan KemenKopUKM, Siti Azizah, menambahkan bahwa KemenKopUKM menyediakan layanan khusus melalui Pusat Layanan Usaha Terpadu (PLUT) KUMKM di Sumbar untuk membantu pelaku usaha kopi mendirikan koperasi dan mengakses pembiayaan ke lembaga keuangan.

Tagged in: